“Pemasukan harus lebih besar dari pengeluaran” “atur keuangan dengan bijak, jangan tekor tiap bulan” “jangan besar pasak dari tiang” dan banyak kalimat pengingat lainnya tentu sudah sering mondar mandir di timeline atau di kuping kita. Banyak yang mengingatkan tapi entah kenapa susaaaah sekali untuk dilaksanakan. 

Saya cerita dikit ya, saya termasuk orang yang jaraaang banget menghabiskan uang dengan foya-foya. Tapi anehnya, dari awal  bisa punya penghasilan sendiri, rasanya pemasukan sebanyak apapun gampang habis aja gitu walaupun saya jarang belanja barang yang hanya dipakai untuk penampilan. 

 saya ingat-ingat lagi ternyata satu hal yang nggak berubah dari dulu: saya suka makan. Nyobain tempat makan baru sih jarang ya, tapi begitu dapet makanan enak, tingkat repetisinya tinggi, semacam terobsesi untuk selalu pengen makan lagi wkwkwk

Dan itu terbawa sampai sekarang. berkurang dikit karena saya suka masak, tapi gantinya sekarang saya jadi suka belanja bahan makanan banyak untuk dimasak… sama nggak ya?

Nah kemarin saya dapat ilmu baru tentang tips mengatur keuangan, katanya ya, setiap kita dapat penghasilan maka supaya aman kita harus langsung bagi ke dalam beberapa pos pengeluaran:

1. Dana pribadi, ini adalah dana-dana yang kita butuhkan untuk kepentingan pribadi. Kalau buat emak-emak sih sepertinya yang dimaksud adalah dana untuk belanja-belanja keperluan selain bahan makanan ya. Sabun, shampo, buku saya masukkan disini.

2. Dana untuk pengembangan diri. Ini adalah anggaran yang kita keluarkan untuk menambah value diri kita. Dipakai untuk menambah ilmu atau untuk eksistensi diri. Misalnya dipakai untuk ikut pelatihan macam-macam sesuai minat dan kebutuhan kita, misalnya pelatihan untuk pembuatan website, pelatihan hukum sampai trading saham, pokoknya secara rutin kita harus tingkatkan ‘nilai’ kita. 

Kata Jack Ma investasi di pendidikan itu adalah investasi yang tepat karena pasti kembali. 

Kalau untuk saya dana ini bisa juga dipakai untuk bayar publikasi jurnal 😄 

3. Dana darurat. Sebagaimana namanya, dana ini adalah dana yang harus disiapkan untuk dipakai sewaktu-waktu. Anggaran untuk dana darurat ini seringkali terlupakan. Kalaupun inget, seringnya dana ini terpakai, dengan alasan “kan nggak ada yang darurat bulan ini”. 

Padahal kalau dipikir lagi dana darurat itu memang harusnya dikumpulkan supaya nanti waktu dibutuhkan sewaktu-waktu siap dalam jumlah yang lumayan. Jadi mau butuh atau nggak tetap harus dianggarkan tiap bulan. Ini yang sering terlewat oleh kita. Padahal kondisi darurat itu yang sering bikin kita hilang harga diri karena mati gaya nggak tau harus pakai dana yang mana lagi.

4. Dana investasi. Ini adalah anggaran yang sering mendominasi pengeluaran saya beberapa bulan belakangan ini. Maklum, baru kenal aplikasi-aplikasi untuk investasi, baik reksadana atau saham. 

Melihat angka yang terus naik rasanya satisfying aja gitu 😍 

Jadi sekarang tiap pagi- sore rutinitas baru saya buka tutup aplikasi wkwkkwk

5. Dana sedekah. Dari namanya sudah jelas lah ya kalau dana ini untuk sedekah, entah untuk zakat, infaq atau sedekah lainnya. Pemahaman saya sih dana sedekah ini dana yang nggak hilang, dia hanya ‘pindah tempat’. Dari dunia fana jadi investasi di alam sana hehe..

6. Dana lainnya. Ini adalah anggaran yang nggak masuk di pos manapun tapi bisa dipakai kapanpun. Saya sih belum pernah punya anggaran khusus untuk ini. Udah pusing bertahan menjaga lima anggaran diatas 😖

Ngiming-ngiming, berapa prosentase masing-masing dananya? tergantung prioritas dan tujuan kita. Kalau kita prioritaskan investasi dan sedekah maka dua dana itu agak besar prosentasenya dibanding tiga lainnya, gitu juga untuk lainnya. Buat saya, bisa aja besaran prosentasenya berubah setiap berapa bulan sekali, tergantung kebutuhan.

Yang penting harus dianggarkan, harus tetap dibuatkan pos untuk setiap pengeluaran.

Tapi inget ya, itu teorinya, istilahnya kalau mau aman financial mah harus ikut cara itu. Pelaksanaannya? O tidak semudah itu ferguso.. Seringkali kita melanggar apa yang sudah kita anggarkan. Dan anehnya kita selalu punya alasan masuk akal untuk setiap ‘kegagalan’ wkwkk

Saya gagal bolak balik, tapi saya tetap berusaha untuk mencoba. Sampai sekarang.

Yang bikin gagal, apalagi kalau bukan makanan daaan belanja “keperluan” di market place padahal harusnya maksimal pengeluaran belanja  ikut dana pribadi..😔

Nggak banyak sih, tapi kalau dijumlah semua ya beda cerita hehe

Bismillah, pelan tapi pasti, kita akan bisa menganggarkan dan stricht sama anggaran yang sudah kita atur sendiri. 

Bismillah, pelan tapi pasti kita akan bisa punya kebebasan financial sendiri.. aaaamiiiin.. 😉

   

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)