Maaf ya, baru sempat menulis lagi. Banyak yang dirasakan dan banyak yang harus dikerjakan.

Terutama menjelang akhir 2024 hingga awal 2025.

Bicara tentang 2024 yang sudah kita lewati, gimana kabarnya resolusi? Tercapai atau terabaikan sekali lagi? 🙂

Tahun 2024 saya putuskan untuk mengambil kuliah lagi, yaa..bukan resolusi sih, tapi ini sempat jadi mimpi! Beruntung alam mudahkan saya menggapainya..

Di saat yang sama tiba-tiba saya suka melukis, tiba-tiba nggak bisa berhenti. Duh, random banget hidup saya hahaha..

Tapi saya biarkan semua mengalir, saya jalani yang bisa saya tekuni. Saya butuh pengalih perhatian, sekaligus menjadi hiburan. Hiburan saya salah satunya adalah belajar hal baru, jadi saya bersyukur walaupun berkejaran semua bisa saya kendalikan.

Banyak yang bilang, apa bisa sukses kalau nggak fokus ke satu hal? Bukankah semua orang sukses menyarankan kita untuk fokus?

Jawaban saya: saya belum bisa fokus, karena profesi saya lebih dari satu, tanggung jawab saya juga begitu. Saya pengajar, penulis dan punya dua putra yang beranjak remaja, dan saya bertekad mendampingi mereka melangkah dengan cara saya. Agak anti mainstream, karena di saat teman2 biasanya ‘melepaskan’ pendampingan anak saat mereka remaja, saya justru sebaliknya. Saya ingin mereka melangkah dengan pasti, menikmati setiap perjalanan, dan mengukir kenangan indah tentang orangtuanya di saat mereka berada di masa seperti ini.

Istilahnya, Do your best, let us do the rest.. God leads our way, insya Allah..

Karena itu, beberapa orang melihat saya pelan sekali melangkah, menurut saya, seorang Ibu memang ditakdirkan untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri. Jadi ya harus dinikmati, setelannya sudah begitu. alhamdullillah saya sudah berdamai dengan itu 🙂

Tapi walau begitu, menjadi Ibu bukan berarti kita nggak bisa menyeimbangkan dengan tugas lainnya. Pencapaian demi pencapaian sudah didapatkan walau memang tidak sesuai dengan timeline orang lain.

Tapi bukankah hidup nggak selalu tentang kompetisi? Satu-satunya saingan yang harus kita hadapi adalah kita sendiri, kita kemarin. Hanya kita yang bisa tau seberapa cepat kita bisa melangkah, berapa kuat kita bisa bertahan supaya bisa menetapkan target yang bisa kita jalankan. Persis seperti Pace dalam lari.

Setiap pelari pasti akrab dengan istilah Pace. Arti pace dalam lari adalah kecepatan dalam berlari. Satuannya dapat berupa menit/km. Pace digunakan untuk mengukur tempo atau kecepatan lari per kilometer atau mil. Misalnya dalam sekali berlari, seorang pelari memakan waktu 8 menit 10 detik untuk lari 1 kilometer berarti pace pelari tersebut adalah 8:10/km.

Manfaat dari menerapkan pace saat berlari adalah dapat membantu melacak perkembangan kemampuan berlari dari waktu ke waktu. Selain itu juga dapat membantu efisiensi energi serta meningkatkan ketahanan.

Kita bisa tahu berapa pace kita hanya kalau kita rutin lari. Demikian juga kalau ingin meningkatkan kecepatannya. Sekali lagi ini tentang konsistensi dan persistensi. Kata Ibu saya kalau ingin sesuatu lakukan terus menerus, kalaupun kita tidak kunjung dapat hasilnya setidaknya kita dapat keahliannya karena keahlian lahir dari pengetahuan dan keterampilan tinggi dalam bidang tertentu. Untuk jadi ahli seseorang harus terasah kemampuannya. Namanya diasah berarti digeseknya nggak bisa hanya sekali dua kali. Semakin banyak gesekannya semakin tajam hasilnya.

Intinya, nggak ada yang sia-sia selama kita tetap berusaha, selama kita nggak menyerah dengan rasa sakitnya karena rasa sakit pasti ada batasnya tapi pengalaman dan pelajaran yang dibawa akan bertahan seelamanya.

Dulu waktu SD saya dihukum beberapa kali karena tidak hafal perkalian, saya juga malu setengah mati kalau diminta menjelaskan sesuatu di depan kelas, mendadak gagap. Rasa malu itu yang saya ingat sampai sekarang, dan mungkin pengalaman itu yang membuat saya selalu ingin berbagi ilmu tentang public speaking hingga saat ini ‘cause I know exactly how it feel nggak bisa mengungkapkan apa yang dipikirkan. 🙁

Apa jadinya kalau saya putus asa setelah berkali-kali tersiksa ?

Itu yang membuat saya yakin, tidak ada yang lebih powerful daripada keberanian menghadapi rasa ‘sakit’ duet dengan ketekunan berusaha.

Hampir semua success story punya benang merah yang sama: desakan keadaan bertemu dengan kegigihan dan berakhir dengan kesuksesan.

Prinsipnya, bagaimanapun beratnya situasi kondisi, bagaimana susahnya membagi waktu, usahakan tetap melangkah ya, karena setiap langkah yang kita jalankan akan membentuk pola. Pola itu yang akan menentukan bagaimana kita ke depan setelah kita berdamai dan beradaptasi dengan kondisi.

Selamat berproses dan berprogress, semoga Allah SWT mudahkan semua jalan yang kita tempuh dan biarkan langkah itu membentuk kita menjadi lebih indah.

semangaaatt : )

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)