Branding. 

Cuma satu kata tapi nggak sederhana.

Banyak effort dan (butuh) banyak dana

Ada yang menyerah sebelum target tercapai, ada yang kehabisan ‘peluru’ disaat hampir sampai posisi yang dituju. 

Branding, kata dasarnya brand, akhiran ing merujuk pada proses. 

Prosesnya ditujukan untuk menancapkan brand kita di benak masyarakat.

Butuh lama sebenarnya, tapi kalau beruntung hanya butuh beberapa tahun aja. 

Apa faktor yang mempengaruhi ‘keberuntungannya’? Banyak, bs dari produk yang dibutuhkan masyarakat dan masih sedikit pemain di market yang sama, atau misalnya ‘digandeng’ sama brand yang sudah besar. Wah bisa cepet pasti, tapi tetap butuh effort ya. Karena produk baru yang tiba-tiba muncul seperti cahaya, tergantung effort kita akan menjadikan cahaya itu seperti blitz kamera atau lampu kerja yang terus nyala dan memacu kinerja.

Saya dan teman-teman membangun Public Relation Team dan dari menangani beberapa klien kami ambil kesimpulan bahwa tidak semua pemilik brand supportive sama perkembangan brand-nya. Memperlakukan brand seperti jualan produk. 

Buat kami, brand tidak sama dengan produk, branding nggak sama dengan marketing.

Brand is intangible assets, bernilai tapi nggak berwujud. 

Itu sebabnya kenapa beberapa brand sepertinya lebih terkenal jauh melampaui keistimewaan produknya. Misalnya aja produk x, atau produk y (ya nggak mungkin saya sebutlah wkwkkwk) 

Sebaliknya, ada juga produk yang kualitasnya bagus, tapi brandnya kurang dikenal

“ah, nggakpapa, kan nanti lewat mouth to mouth bisa bikin kita terkenal lama-lama” 

Iya sih, tapi semoga nggak keburu ‘terlindas’ sama produk lain dengan kualitas yang sama dengan orientasi tentang branding yang berbeda.Belum lagi, sebuah brand butuh maintenance. 

Kalau marketing tentang menyediakan, memformulasikan harga, mendistribusi dan selanjutnya. Semuanya terlihat dan mudah dihitung. 

Branding tidak begitu. Hanya terukur dan tidakmudah untuk dipastikan. Public Relation harus membuat ‘kanal-kanal’ untuk menangkap setiap kesempatan dan perhatian dari pasar. Bingung ya? Udaah, percayakan sama profesional aja kalau memang nggak ada waktu dan pengetahuan yang cukup tentang itu 🙂

Tapi, kalau memang mau ‘jalan sendiri’ these are things to remember:

Satu,.media massa adalah jembatan. Jembatan antara siapapun kemanapun untuk tujuan apapun. Maintenance hubungan baik dengan media mempengaruhi cara masyarakat menilai kita. Harusnya media dibutuhkan bukan hanya untuk pasang iklan, harus lebih jauh dari itu. Media massa meletakkan rekam jejak dan jejak itu akan berguna untuk  mengokohkan kesan. Seandainya terjadi peristiwa diluar kendali maka pendapat masyarakat akan keluar sesuai dengan kerangka referensi yang dimiliki terhadap obyek tersebut.

Kedua, media online memiliki karakter sama dengan media massa konvensional. Yang membedakan hanya ‘buktinya’ saja. Media online sanggup menyimpan berita yang ditulis hari ini untuk beberapa tahun ke depan. Kecuali untuk konten yang dianggap melanggar norma dan kesusilaan, pemerintah akan turun tangan untuk menghapusnya. Perbedaan lainnya, untuk media online, selain dari liputan langsung ke narasumber, mereka acapkali mencari berita dengan cara berkunjung ke ‘rumah online’ yang bersangkutan, yaitu website.  Website tidak dapat dianggap remeh saat ini. Website adalah representasi online perusahaan. Butuh pengaturan yang baik dan strategis sebagaimana gerakan offline.

Ketiga, jangan remehkan kekuatan media sosial. Media sosial bagai pedang bermata dua. Dua-duanya sangat tajam. Banyak peristiwa yang dimulai dari unggahan di media sosial. Parahnya, media sosial saat ini justru menjadi ‘rujukan’ untuk media konvensional. Berita di televisi seringkali memuat unggahan dari sosial media. Butuh kajian lebih lanjut bagaimana dari sisi kode etik dan bagaimana tanggung gugatnya manakala ternyata yang unggahan diberitakan merugikan. 

Saat ini, sebuah tim yang fokus di manajemen krisis di media sosial benar-benar dibutuhkan perusahaan, untuk melokalisir dan menetralisir ‘potensi bahaya’ di media sosial. Tidak butuh waktu lama untuk sebuah unggahan menjadi viral.

Keempat, branding itu tidak mudah. Butuh tenaga, butuh waktu. Branding tidak sama dengan buka toko. Asal ada bangunan, ada produk, jadi. Butuh penataan dari awal supaya brand yang dikeluarkan mudah diingat, tidak dianggap remeh dan memberikan kesan positif di masyarakat. Bagaimanapun setiap produk pasti ada pembelinya namun mempertemukan produk-pembeli butuh usaha dan strategi. Bukan hanya supaya dapat bertahan sehari dua hari, namun bagaimana kesan yang baik dapat membantu kita saat ada hal yang merugikan. 

Branding terutama untuk bidang jasa itu tidak mudah, rentan untuk diserang karena Key Performance Indicatornya adalah tingkat kepuasan. Sifatnya sangat subyektif. Untuk itu ‘menjaga’ semua akses itu penting. (Tapi sesusah-susahnya branding bidang jasa, lebih susah meyakinkan orang yang tetap menganggap jualan jasa itu sama seperti jualan produk J)

Jangan khawatir,kita beruntung Indonesia memiliki aturan tentang penggunaan internet. Didalamnya juga mengatur tentang pencemaran nama baik sehingga bisa dibedakan mana unggahan yang serius harus ditanggapi mana yang dapat dilaporkan. Ada unsur-unsurnya. Orang hukum pasti paham tentang itu. Akun ‘jurnalisme warga’ seperti Lambe Turah, Lambe Nyinyir dan lainnya sejauh ini juga bisa diajak bekerjasama. Artinya, mereka juga sadar mana postingan yang membahayakan mereka dan mana yang memang harus disampaikan untuk pembelajaran masyarakat. Hanya saja tidak semua orang memiliki keberanian untuk meluruskan, terutama bagi yang sedang diserang. Itu sebabnya jasa public relation di luar perusahaan dibutuhkan. Setidaknya mengurangi perasaan takut, istilah sekarang meminimalisir baper.. hehe

Kelima, yang harus diingat bahwa apapun strategi promosinya tidak berarti banyak apabila produknya tidak mendukung. Satu strategi yang sama bisa memberikan hasil yang berbeda, tergantung kesiapan produk yang ditawarkan. Namun tidak ada branding yang sia-sia. Di setiap proses selalu ada jejak yang terekam. Dan jejak ini akan sangat berguna untuk menghadapi masalah di masa depan yang potensial melemahkan produk kita. 

Brand awareness may stay longer than the brand itself.

 Good luck!

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)