
Kata orang, kalau mau mencuri perhatian masyarakat jadilah yang pertama atau yang paling berbeda. Nasdem menjadi contoh akhir-akhir ini setelah mereka mengumumkan capres yang diusungnya pada bulan Juni lalu. Sudah pertama, yang disebut adalah tokoh-tokoh yang terkenal punya fans banyak pula. Mulai dari pak Ganjar, pak Anies dan pak Andika. Mereka adalah tokoh yang sejak awal digadang-gadang maju capres 2024.
Walaupun mengejutkan (karena pilpres masih 2024 dan yang dipilih bukanlah kader Nasdem) tapi ternyata langkah ini disambut banyak pihak. Baik sambutan positif atau negatif. Konon (saya bukan ahli politik) PDI-P sampai sedikit keras mengatakan bahwa pilihan capres ada di tangan bu Mega, bukan di tangan orang lain, atau partai lainnya.
Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto menyebutkan terjadi penurunan elektabilitas Partai NasDem hingga di bawah ambang batas parlemen 4 persen, dari 5,1 persen pada survei Polmatrix, 11—20 Maret 2022, menjadi 3,8 persen setelah Nasdem mengusulkan Anies (https://www.suara.com/news/2022/06/27/095558/survei-polmatrix-sebut-elektabilitas-nasdem-merosot-tajam-setelah-usung-anies-jadi-capres-2024-benarkah).
Sebaliknya, PKS melalui Presiden PKS Ahmad Syaikhu menyambut baik dan berharap bisa berkolaborasi dengan Nasdem.
Presiden PKS Ahmad Syaikhu berharap bisa berkolaborasi dengan Nasdem usai partai besutan Surya Paloh itu menghasilkan tiga nama calon presiden yang hendak diusung pada Pilpres 2024. “Kami memandang hal yang positif bahwa Nasdem membuka peluang munculnya putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi Presiden Republik Indonesia, baik dari internal partai maupun dari luar partai,” (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220620142904-32-811170/pks-sambut-3-capres-nasdem-semoga-kita-bisa-berkolaborasi).
Setelah itu banyak pihak berbondong-bondong menyatakan dukungan terhadap tokoh untuk menjadi capres-cawapres. Mulai koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Majelis Sang Presiden, Persatuan Purnawirawan Indonesia Raya Jaktim yang mengusung Prabowo, Tunas Indonesia Raya, Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (ANIES), Relawan dan warga di Kabupaten Trenggalek menggelar deklarasi dukungan terhadap Erick Thohir untuk maju sebagai calon presiden (Capres) 2024 daan banyak lainnya.
Sepertinya ‘mesin kendaraan’ mulai dipanaskan, sebelum dipakai jalan tidak lama lagi. Pertanyaan yang sering muncul, apa sih pengaruhnya organisasi atau komunitas mendeklarasikan capres? Mereka kan bukan partai yang bisa ikut bertarung di pilpres?
Jawabannya : kalau sudah ada di kondisi politik seperti sekarang ini maka pemenangnya adalah yang punya massa sendiri. Semakin banyak massanya semakin kuat posisinya. Kenapa? Ya karena sistem pemilu kita adalah pemilihan langsung.
Dalam pemilihan langsung, suara kita sangat berharga. Kita menjadi target partai, baik untuk pemilihan wakil rakyat ataupun pemilihan presiden-wapres. Pengumpulan massa dan deklarasi selain untuk menunjukkan dukungan dan juga bisa untuk menunjukkan berapa banyak massa yang dimiliki. Hal inilah yang membuat satu organisasi atau komunitas memiliki posisi tawar tersendiri. Dan deklarasi dengan diliput banyak media bisa menjadi salah satu cara mereka ‘menjual diri’. Mereka bs jdi jalan pintas parpol atau calonnya untuk mengakuisisi pemilih. Lumayan kan nggak perlu bikin peta lagi, tinggal kumpulkan dan susun saja penunjuk2 jalan yang berserakan. Eh, ngerti kan maksudnya? 🙂
Masih ingat dengan pilpres yang lalu, yang melahirkan satu organisasi kemasyarakatan yang bernama Projo? Projo ini bersifat terbuka dan sukarela, artinya selama memiliki satu misi yaitu untuk pemenangan Jokowi maka siapapun dapat bergabung ke dalam Projo ini. Ketika pilpres selesai dan dimenangkan oleh Jokowi apakah Projo berhenti? Hampir, tapi sepertinya nggak jadi.
Dalam beberapa talkshow televisi tentang kepemimpinan presiden Jokowi ‘petinggi’ projo sering diundang untuk mewakili pendukung Jokowi. Bahkan Ketua Umum Ormas Projo Budi Arie Setiadi diangkat menjadi Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Konon sejak dulu beliau memang politikus, tapi kalau boleh jujur beliau baru terdengar kiprahnya secara luas setelah menjadi ketua Projo.
Saya tidak sedang melakukan justifikasi apapun terhadap terpilihnya beliau menjadi wamen. Saya percaya setiap pemimpin selalu berusaha memilih orang yang tepat di tempat yang tepat (right man in the right place). Lagipula tadi kita bahas ini kan karena menjelaskan contoh ‘keberhasilan’ organisasi atau komunitas (bukan parpol) yang konsisten dalam mendeklarasikan dukungan kepada satu tokoh atau pasangan tokoh secara terbuka.
Untuk saya, apa yang mereka lakukan tidak salah. cerdik malah. Di saat orang mencibir aksi2 deklarasi, mereka justru sukses mendapatkan perhatian, baik dari masyarakat ataupun partai politik, atau bahkan dari orang atau tokoh yang didukungnya.
“Selama tidak menggunakan cara yang berpotensi memecah belah bangsa, atau memberikan pertunjukan yang’kotor’, saya yakin banyak yang akan mendukung atau bahkan terinspirasi dengan cara ini”.
Jaman sekarang, hanya yang berani dan kreatiflah yang akan jadi pemenang 🙂
Jadi, tertarik jugakah untuk deklarasi?
[…] ikut deklarasi, siapa tau di-noticed oleh calon yang dipilih (seperti yang pernah saya bahas di https://nyndafatmawati.com/caper-lewat-capres/ […]