
Hari ini saya bertemu beberapa teman SMA karena diminta mewakili angkatan kami dalam kongres ikatan alumni yang salah satu agendanya adalah pemilihan ketua organisasi. Akhirnya, setelah beberapa tahun kami tidak pernah bertemu (terakhir ketemu di reuni beberapa tahun sebelum pandemi). Banyak yang kami bicarakan, diskusikan dengan beberapa candaan. Selain mengobrol, saya juga fokus dengan jalannya kongres yang banyak diwarnai gelak tawa hingga interupsi. Beberapa senior yang hadir wajahnya sering saya lihat di televisi, sepertinya beberapa diantaranya politisi.
Peserta yang hadir terlihat menikmati jalannnya acara dan penuh konsentrasi, calon ketua yang akan dipilih juga terlihat mengakrabkan diri dengan calon pemilih. Semuanya tampak seperti sidang anggota dewan. Saya dengan teman sebelah saya (yang sama-sama bukan orang yang selalu aktif dalam organisasi) membahas tentang: kenapa ada orang yang berambisi jadi ketua organisasi ya? dan kenapa harus rapat seserius ini?. Bukankah ini tentang kesukarelaan saja?
Pikiran saya berubah setelah berdiskusi dengan salah satu calon, karena beliau sangat visioner dan sangat berharap kemajuan dari organisasi ini. Katanya dia tidak punya agenda apapun selain ini organisasi ini makin maju dan berkembang maksimal. Kalau dipikir juga, yang namanya ikatan alumni biasanya tidak punya banyak sumber daya (Baca: kas) karena organisasi ini hanya bisa mengikat alumni yang masih merasa terikat dengan almamaternya. Kalau nggak ya nggak bisa dipaksa juga…
saat ishoma, karena masih ada waktu sebelum acara mulai lagi, saya sempatkan mengobrol dengan salah satu teman yang juga mewakili angkatan kami. Dia merupakan coach atau motivator pada salah satu program hijrah. Kami lamaaaa sekali tidak bertemu. Entah kenapa saya ingin terbuka kepadanya, menceritakan apa yang saya rasakan dan harus hadapi. Ketakutan, harapan dan banyak lagi. Singkat cerita dia ‘menangkap’ dengan baik apa yang saya ceritakan dan menanggapinya dengan beberapa kalimat yang sederhana tapi bikin saya tenang:
- “Nyn, semua kekhawatiran kita tentang hari esok menunjukkan ada yang belum ‘klir’ dalam keyakinan kita denganNya. Kamu harus yakin dulu. Orang kalau yakin, dia tidak akan takut dengan apapun; nggak takut salah, nggak takut kehabisan, kesusahan dan sebagainya. Dia yakin bahwa episode terbaik adalah episodeNya. Kita ketemu, kamu kesini, kita ngobrol begini adalah bagian dari episodeNya. Bisa aja tadi waktu kena macet kamu nggak jadi kesini kan? Tapi kamu datang walaupun susah banget parkirnya, jadi memang sudah diatur kita harus ketemu dan ngobrol begini”
- “kalau kamu sudah memutuskan sesuatu maka jangan pernah dibandingkan lagi. Misalnya kamu sudah memutuskan mau ke mall A hari ini maka jangan bandingkan mall A dengan mall B,C, D lagi. Kamu sudah memutuskan, waktunya jalan menuju tujuan. Kan kamu memutuskannya sudah melalui pertimbangan, jadi taruh keputusan di tempat yang berbeda, jangan lagi dijadikan sebagai pilihan”.
- “Sekarang saatnya kamu memperluas pertemanan supaya kamu punya pandangan baru. Dengan banyak ketemu orang kamu juga bisa kok jaga anak-anak. Misalnya, ketika teman kita notice anak-anak kita, suatu saat mungkin kita akan butuh bantuan dia untuk bantu anak kita menggapai mimpinya”
- “Jangan takut, jalanin langkah demi langkah yang Allah sudah siapkan untuk kita. Pasti sampai kok ke tujuan kita, lihat aja, percaya aja.. Jangan minder sama langkah orang lain yang jauh di depan, selama kamu punya tujuan maka maka persaingannya hanya antara kamu hari ini dan hari esok”
- “banyak bantu orang lain, supaya kita dan anak kita juga dibantu banyak orang. Suatu saat mereka akan terjun ke masyarakat, bukan lagi di pelukan kita, doa dan keikhlasan kita membantu orang lain saat ini akan mempertemukan mereka dengan orang-orang baik di masa depan”
Kurang lebih itu yang berhasil saya ingat dan kembangkan versi saya hehe. Tapi memang benar episode Allah pasti yang terbaik untuk kita karena kalau dipikir lagi tumbenaaan saya mau susah-susah parkir di gedung sebelah karena nggak dapat parkir di tempat acara, jalan agak jauh dengan cuaca yang panas (hanya) karena saya berpikir bahwa mewakili angkatan kami di kongres adalah amanah karena teman-teman sudah meminta kesediaan kami sebelumnya.
Ohya, semoga apa yang disampaikan teman saya ini bukan hanya bermanfaat untuk saya, tapi bisa menjadi amal jariyah untuknya karena bisa membantu pembaca disini yang sedang membutuhkan motivasi seperti ini, aamiin..
*Dear bun Ev, terima kasih atas waktu dan perhatiannya, walaupun sebentar tapi sangat bermakna. Insya Allah kita bisa ketemu lagi secepatnya dan tolong ‘ingatkan’ saya lebih banyak lagi ya 🙂
[…] teman (yang pernah saya tulis dalam https://nyndafatmawati.com/life-lesson-learned/ , hidup itu adalah tentang keyakinan kita atas kemampuan dan perlindunganNya. Tetap melangkah, […]