Jadi saya termasuk orang yang mudah berteman tapi susah bersahabat. Dari dulu waktu dan kegiatan saya tidak bisa se-fleksibel teman-teman. Singkat cerita, orangtua saya sangat protektif. Buat saya nggak over tapi kalau dibanding teman-teman sepertinya orang tua saya diatas rata-rata.
Pulang sekolah langsung pulang, mau ke rumah teman ijinnya harus bener-bener masuk akal, jalan-jalan sama teman-teman harus diantar jemput, daaan banyak lagi lainnya. Malu bgt waktu itu.
Efeknya, sekarang saya nggak banyak inget temen-temen lama, kalau ikut reuni suka lama mikirnya “ini siapa ya? dulu spt apa wajahnya?” (walaupun suka gagal inget).
Alhamdullillahnya, walaupun orangtua saya galak tapi toh di setiap tingkatan yang saya lewati saya selalu punya sahabat.
Cuma 3-6 orang sih, tapi sangat berkualitas hubungannya. Jarang bisa ketemu, sekalinya ketemu banyaak banget hal baru yang bisa masing-masing pelajari.
Itu yang bikin saya bersyukur karena sptnya saya ‘dipilihkan’ sahabat-sahabat yang tepat.
Seperti sahabat-sahabat saya yang ada di foto ini. Harusnya kami berlima, tapi yang satu bekerja diluar kota sehingga jaraaang sekali bisa ikut.
Dengan mereka saya nggak takut terlihat kepo, bawel, nggak pinter sampai norak.
Kami berlima memiliki dunia dan karakter yang beda, mungkin itu alasannya yang membuat saya betah jadi diri saya sendiri kalau sedang bertemu mereka.
Di masa sekolah dulu (kami teman SMP) mereka tidak banyak berubah. Hanya sedikit saja karena menyesuaikan dengan keadaan. Sisanya masih sama. Bawel, kalem, cuek, jagoan jadi ciri khas masingnya. Hayo cocokkan yang bawel mana yang cuek sampe jagoan yang mana, clue-nya jangan tertipu wajah 😀
Sedikit tapi berkualitas, kecil tapi awet menggambarkan circle kami ini. Nggak perlu runtang runtung atau WAGnya tang tung tang tung, begitu yang satu mengalami sesuatu yang lain pasti tau.
Berjalannya waktu saya merasa ternyata seperti itu aja cukup. Tidak perlu sangat, yang penting semangat. Nggak perlu sering ketemu, biar merasakan rindu, halah..😂
Sekarang kami sudah punya ‘buntut’ masing-masing, beberapa kali kami coba bawa anak-anak supaya saling bertemu. Harapannya mereka juga bisa deket satu sama lain seperti ibu-ibunya tapi sejauh ini hanya COD dan free fire yang bisa menyatukan mereka 😜