Selalu berhadapan dengan anak muda dan status saya sebagai seorang ibu dengan dua anak membuat saya sangat concern untuk bisa berbagi pengalaman dan mengingatkan mereka tentang hidup dan kehidupan, tsaaaah..

Karena anak pertama saya sudah memasuki masa remaja awal (pengalaman pertama nih) maka saya banyak mengamati bagaimana dia dan peer group-nya berinteraksi. Sebelum cerita saya harus harus disclaimer dulu bahwa pengamatan ini hanya tentang lingkungan pergaulan anak saya ya πŸ™‚

Hal pertama yang saya lihat dan bikin saya agak kaget adalah bagaimana mereka sudah berani sangat terbuka tentang perasaan mereka. Cinta-cintaan, pegangan tangan dan terkadang pelukan menjadi pemandangan umum sepertinya. Klaim ‘kepemilikan’ seseorang sepertinya jadi hal yang penting. Belum lagi cemburu-cemburuannya, duh adek.. wkwkkwk

Teman perempuan menyatakan perasaan sepertinya juga biasa, entah kenapa saya lihat remaja putri saat ini cenderung lebih agresif. Istilah set set wettt.. dulu kami pakai untuk menggambarkan teman cowok yang gercep kalau naksir cewek, ternyata sekarang berlaku juga sebaliknya. Karena jadi pemandangan biasa saya malah jadi curiga apa jangan-jangan ini sebenarnya sudah ada dari dulu hanya saya yang mainnya kurang jauh?

Di media sosial juga banyaak sekali cerita tentang percintaan remaja, sayangnya tidak semua baik dan membuat seseorang menjadi baik, banyak juga kejadian pasangan yang bucinnya nggak masuk akal. Kekerasan dalam hubungan, hanya karena cemburu semakin banyak beritanya. Siang tadi baca berita tentang mahasiswa PTS yang curhat di media sosial kalau mendapatkan abuse dari pacarnya satu kampus. Dijambak, ditendang, diseret di jalan sampai kepalanya dibenturkan ke tembok coba. Untung akhirnya si korban lapor ke kampus. Yang mengagetkan, ternyata si cowok ini sudah pernah melakukan kekerasan di kampus! ada saksinya ceuna.. wih, nekat banget ya *_*

Yang terbaru ada berita seorang laki-laki membunuh mantan pacarnya karena nggak terima diputuskan setelah 5 tahun menjalin hubungan πŸ™ Sedih banget saya, nggak kebayang bagaimana perasaan orangtuanya kehilangan putri cantik yang selama ini dijaga disayangi sepenuh hati.. Kalau sudah begini, apa yang bisa dilakukan?

“jangan terlalu bangga dengan kebucinan pasangan. Jangan bangga dibucinin pacar. Apalagi kalau pasangannya ternyata pemarah. Stop, jangan ambil resiko dan setiap mereka marah kita yang merasa bersalah. No, tidak selalu seperti itu. Marah itu ekspresi, kalau ekspresi terlalu sering dikeluarkan maka akan jadi kebiasaan, dari kebiasaan kita harusnya sudah curiga jangan-jangan itu tabiat”. Itu pesan sponsor yang selalu saya sampaikan kalau berhadapan dengan adek-adek remaja.

Menurut ahli dikatakan bahwa temperament atau tabiat adalahΒ gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan dan kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hati secara fluktuasi dan intensitas suasana hati, serta bergantung pada faktor konstitusional, yang karenanya terutama berasal dari keturunan. Tabiat itu sifatnya turunan, nggak bisa diubah.

Saya juga mengingatkan mereka, kalau ngomong tentang bucin, sebenarnya ada dua orang yang bucinnya masya Allah ke kita tapi seringkali kita lupa menghargainya, bahkan kita sering abai terhadap kebucinannya. Dia adalah ibu dan ayah kita. Betapa mereka bucin terhadap kita. Rasa cinta yang luar biasa membuat orangtua ‘rela’ disakiti dan memaafkan anaknya, disakiti lagi dan memaafkan lagi, begitu seterusnya. Hanya mereka yang tetap sabar dan mendoakan seburuk apapun anaknya menyakiti mereka. Cintanya yang terlalu besar seringkali membuat mereka rela berkorban bahkan kadang nggak masuk akal. Tentu kita masih ingat kejadian seorang anak yang membunuh ayah ibu dan kakaknya dengan racun. Atau seorang anak yang membakar rumah keluarganya. Mereka melakukannya karena marah (hanya) tidak diberi uang saat itu. Catet ya, saat itu. Berarti sebelum-sebelumnya lancar.

Kemarahan itu eskalatif sifatnya, apalagi sampai tega seperti itu. Kebayang dong bagaimana selama ini orangtuanya selalu berkorban untuk memenuhi keinginan anaknya itu? Pasti melakukan pembunuhan dan pembakaran rumah adalah puncak dari kemarahan. Berarti sebelum ini ada banyak kemarahan juga kepada orangtuanya dan orangtuanya tetap bertahan dalam menghadapi kemarahan anaknya πŸ™

Setelah jadi orangtua, saya baru tau ternyata setiap saat orangtua memarahi anaknya, selalu ada penyesalan setelahnya. Memandangi wajah anak saat tidur aja sudah bisa membuat orangtua menangis. Menyesal rasanya. Setelah itu tidak lupa untuk menyelipkan doa untuk mereka. Tidak peduli karena apa kami (orangtua) marah, yang jelas kami menyesal setelahnya. Duh, percayalah, itu bucin yang sesungguhnya..

Beruntunglah anak-anak yang berhasil membalas kebucinan orangtuanya dengan baik di usia yang masih muda karena dia insya Allah punya waktu yang panjang untuk mendapatkan ridho orangtuanya di setiap langkah. Bagaimanapun saling berdoa dan mendoakan jauh lebih baik dan indah. Seperti yang dilakukan sang bucin sejati.

Karena akan ada waktunya nanti bucinnya berlaku sebaliknya, saat seorang anak tersadar bahwa dua orang yang selama ini bucin kepada mereka perlahan berubah. Kulit yang semakin keriput, tubuh semakin lemah, pandangan semakin kabur, daya ingat menurun. Saat itulah sebagai anak kita baru sadar betapa orangtua kita selama ini mencintai kita tanpa batas dan tanpa syarat.

Semoga saat itu datang kita masih sempat bucin kepada mereka. Kalau tidak, maka yang tertinggal hanya kenangan dan penyesalan. Saat itu terjadi barulah kita berpikir kalau orang-orang yang selama ini justru kita bucinin lebih dari kita kepada orangtua sudah punya kehidupan sendiri, mereka sudah bahagia tanpa kita. Dan semua cerita cintanya menjadi tidak ada artinya.

Ah, semoga kebucinan orangtua kepada anaknya di seluruh dunia akan dibalas bucin anak kepada orangtuanya juga ya. Supaya langkah menuju masa depannya berkah. Karena bagaimanapun ridha Allah ada pada ridha orangtua kita.. Bahagiakan mereka dan semesta akan membahagiakan kita πŸ™‚

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)