Dalam #ilmu parenting di referensi manapun saat ini dinyatakan bahwa mengasuh anak yang baik tuh perlakukan mereka layaknya teman. Bebaskan mereka dengan kehidupannya, memilih jalan sendiri, dan orangtua hanya mengamati. Banyak yang setuju dengan pendapat ini, banyak yang terlihat berhasil malah.

Saya, ibu dari dua jagoan, satunya sudah SMP satunya masih SD. Menurut ilmu parenting, dua anak laki yang sudah masuk masa ABG harusnya diberi kebebasan untuk memilih dan menghadapi dunianya sendiri. Orangtua hanya mengamati.

Buat saya, sebagai orangtua fokus pertama adalah mempelajari karakter mereka, baik dalam hal belajar atau berteman. Sejauh yang saya amati, si kakak adalah anak yang fokus, tekun kalau mengerjakan sesuatu. Dia saaangat mudah berteman dan berkomunikasi dengan semua orang. Dia tegas bahkan lebih ke galak kalau ada yang nggak sesuai aturan.

Si adek karakternya sedikit banyak kebalikan kakaknya. Dia sangat easy going, kalau lagi belajar nggemesin banget. Dia bisa belajar sambil dengerin musik, makan, baru baca bentar sudah ke belakang lagi ambil makan lagi, trus ke kamar mandi, baca lagi bentar makan lagi, seperti itu terus. Sempet mikir, apa habbit itu turunan ya? karena saya pun begitu dulu 😀

Si adek juga nggak seperti kakak, mudah berkenalan, ketemu, akrab dengan orang baru. Dia agak menahan diri. Kalau nggak penting gak akan ngobrol dia, malah cenderung panas dingin kalau mau komunikasi dengan orang baru. Tapi kalau sama orang yang dia sudah nyaman, widiih bisa-bisa berjam-jam dia ngobrolin tentang perang dunia dua sampai perang Rusia-Ukraina 🙂

Dengan melihat karakter mereka berdua maka saya putuskan satu hal yang anti mainstream di ilmu parenting saat ini: memproteksi mereka dari semua lini!

Mulai dari saya ‘korbankan’ nomer handphone saya juga menjadi nomer mereka kalau ditanya sama teman-temannya (sehingga nomer sayalah yang dimasukkan ke dalam WAG kelas mulai yang isinya temen sekelas dan grup ekskulnya) sampai dengan saya putuskan untuk antar jemput mereka sendiri, walaupun mereka (terutama si kakak) bisa saja berangkat sendiri.

Saya bolehkan mereka memilih olahraga yang mereka suka, aktivitas yang mereka suka, tapi hanya selama saya tahu bahwa tempat dan teman-teman di tempat itu ‘aman’ untuk mereka dan fokus pada kegiatannya. Istilahnya, mereka boleh kemana-mana, tapi menuju ke tempat ‘mana-mana’ itu harus sama mamanya. Fair kan? 🙂

Nggak jarang saya debat sama si kakak, karena kakak lihat teman-temannya yang sudah boleh naik ojek sama orangtuanya. Di mata kakak, naik ojek itu cool. Tapi saya nggak mau ambil resiko karena kalau naik ojek, sepanjang perjalanannya nanti saya nggak bisa pastikan akan lancar atau ada kendala. Selain itu pada saat memesan untuk dijemput (ojek) banyak hal bisa terjadi. Dia harus keluarkan hp di depan sekolah (sekolahnya kebetulan di jalan besar), belum lagi kalau hpnya mati karena batere atau paket datanya habis. Padahal jadwal kegiatan lain berdekatan waktunya dengan pulang sekolah. Jadi, saya putuskan mending saya yang repot deh..

Seorang sahabat yang anaknya sudah SMA bilang kalau saya overprotektif, gak bagus untuk perkembangan mereka nanti, mereka akan susah mandiri, cara ini hanya akan merepotkan saya, terutama kalau nanti sudah luring ngajarnya daaan sebagainya.

Sempet gamang sih, tapi kalau ingat bahwa setiap anak itu unik dan saya harus pastikan mereka dapat perhatian penuh dari orangtuanya maka cara saya ini adalah terbaik untuk anak-anak saya saat ini yang bisa saya berikan untuk mereka. saya jadi monster mama atau kak Ros kata mereka pun nggakpapa :’)

Mungkin mereka belum paham atau justru sebel sekarang. Lagi pengen pergi sama temen-temen harus dianter atau dijemput orang tua, lagi pengen santai harus les, habis makan pengen langsung rebahan tapi harus nyuci piring dan bersihkan meja makan dulu, bangun tidur harus rapihin kasur dan banyak lainnya. Ada saatnya saya kecolongan sih, mereka lupa bersihin dan emaknya lupa ngingetin, klop.

tapi nggakpapalah, toh ini rumah bukan asrama 🙂

Saat ini saya tahu teman seperti apa yang mereka suka, tipe cewek seperti apa yang menarik di mata kakak sampai dengan gimana cara kakak menunjukka perhatian kepada sahabat dan teman cewek yang disuka. hihi lengkap kan? saya tetap bebaskan mereka punya circle sendiri. Syarat saya cuma satu: nggak boleh ada yang dirahasiakan. Hape nggak boleh dipassword rahasia. Saya juga mencoba membiasakan mereka cerita tentang hari ini ngapain aja di sekolah. dari cerita mereka saya jadi tau siapa guru yang galak, siapa temen yang asik di dunia nyata dan gimana perasaan mereka hari itu. beli jajan setelah pulang sekolah juga jadi satu kegiatan yang mereka tunggu setelah dijemput mamanya. Walaupun cuma es krim dan kentang mc D tapi wajah seneng mereka sambil cerita itu priceless buat saya. lumayan bikin adem, di siang yang teriknya masya Allah. Saya rela deh muka tangan gosong kering dan spruten dimana-mana, pokoknya saya nggak boleh absen anter jemput mereka. Nggak jarang baruu aja sampe rumah, kakak udh minta dianter utk ekskul di sekolah. kata orang Irlandia: ayoo budhal maniiing.. wkwkwkk

Semoga nanti kalau mereka sudah punya kehidupan sendiri mereka akan punya memory bahwa orangtua mereka sudah memberikan yang terbaik untuk mereka, orangtua mereka selalu berusaha menemani setiap perkembangan mereka. Meminta mereka membantu pekerjaan domestik di saat anak yang lain nggak harus melakukannya juga semoga bisa membuat mereka punya konsep tentang kewajiban dan tanggung jawab diri sendiri.

Mungkin banyak hal yang menunjukkan ketidaksempurnaan ilmu parenting orangtuanya ini, anggaplah parenting skill saya memang payah. Tapi sebagai anak yang tumbuh besar dengan orangtua yang harus sibuk saat itu, saya ingin menciptakan versi lebih baik dari diri saya di mereka: tumbuh percaya diri karena percaya orangtuanya selalu hadir di sekitar mereka, bangga terhadap pencapaian mereka sekecil apapun karena orangtuanya mengikuti tumbuh kembang mereka dan semoga kebiasaan yang ditanamkan bisa tumbuh dan berbuah di dalam diri mereka.

aamiin..

*kan mewek :'(

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)