Semalam saya bertemu teman, kami sudah seperti saudara, beliau seperti kakak saya, punya 2 putra juga. Putranya pertama sudah kuliah yg kedua masih SMA. Kami berbincang tentang banyak hal. Tapi yang paling saya suka saat ngobrol dengan si kakak ini adalah tentang manajemen keuangan. Dia adalah banker di bank swasta terbesar di Indonesia. urusan Nabung menabung dia jagoanlah pokoknya.

Walaupun saya tau gaji si kakak pasti sudah tinggi setidaknya karena sudah belasan tahun mengabdi tapi si kakak ini terlihat biasa saja. Beliau tidak tertarik untuk beli tas2 branded yang mahal, satu dua sih ada mungkin ya. Saya beberapa kali ditunjukkan tas yang baru dibelinya, produksi dalam negeri, dibawah 1 juta tapi keren dan bagus banget bahannya! Darinya saya sering dapat rekomendasi barang-barang bagus dalam negeri yang tidak pricey. Sejak putra-putranya masih kecil saya selalu dapat rekomendasi baju-baju anak yang bagus awet dan gak begitu mahal. Ohya, caranya lebih mendahulukan barang-barang untuk anak ketimbang emaknya banyak menginspirasi saya dalam ‘mendandani’ krucil saya.

Dia pernah bilang begini “Nyn, kamu tau nggak, perempuan itu harus punya tabungan. Ibu itu harus nabung, harus punya simpanan jaga-jaga kalau anak butuh sesuatu mendesak”. Gara-gara sering diingatkan seperti itu, waktu anak-anak kecil saya akhirnya terbiasa menyimpan sebagian pendapatan, jaga-jaga kalau ada kebutuhan.

Waktu berjalan, krucils saya sudah punya minat dan bakat yang harus disalurkan. Krucil nomer satu tertarik pada olahraga basket. Selain di sekolah, saya juga ikutkan dia latihan di klub. Alhamdullillah walaupun belum sempurna, saya lihat banyak progress dari permainannya. Krucil nomer dua tertarik pada robotika. Hobinya mengamati dan mengulik satu pengetahuan tampaknya sejalan dengan minatnya terhadap robotika walaupun pernah saya masukkan ke sekolah basket juga dan sepertinya minatnya bukan disana. Saya selalu tekankan kepada krucil saya: kalau mengingkan sesuatu jangan pernah setengah2. Karena sudah ketahuan minat mereka apa maka tugas orangtua memfasilitasi mereka sampai ikut berbagai kompetisi. Mereka sangat antusias. Namun dalam perjalanannya saya baru sadar persamaan dari dua minat tersebut: modalnya lumayan juga .. Jadi kapan bisa nabung lagi ini? *_*

Saya percaya bahwa mengikuti kompetisi dapat memberikan pengalaman berharga bagi anak-anak dalam pengembangan mereka. Meskipun hal itu mungkin menantang secara finansial, melihat prestasi yang mereka raih dapat menjadi dorongan besar bagi mereka. Dalam proses ini, penting untuk tetap mengatur anggaran dengan bijak dan mencari cara untuk tetap dapat menabung meskipun di tengah kesibukan mendukung anak-anak. Selain itu, mendukung anak-anak dalam kegiatan yang mereka cintai juga dapat membantu mereka untuk belajar tentang dedikasi, kerja keras, dan bagaimana mengelola waktu dengan baik. Dengan demikian, meskipun ada tantangan finansial, hasil dari kompetisi tersebut dapat menjadi investasi berharga dalam pengembangan masa depan mereka. Tapi sekali lagi, jadi kapan bisa nabung lagi ini? :’)

Sampai semalam saya bertemu ‘teman rasa kakak’ itu lagi. Saya sampaikan keresahan saya tentang pengeluaran ini dan bagaimana caranya supaya bisa nabung dengan menyisihkan agak banyak lagi. Jawabannya sungguh diluar prediksi saya: “Nggak bisa, jangan dipaksa. Memang fasenya anak-anak butuh pengalaman. Pengeluaran pasti banyak di usia anak-anak segini. Nanti kalau sudah lebih besar lagi baru semuanya akan tertata. Aku juga begitu kok waktu anak-anak usia segitu. Justru menurutku, selagi bisa, maksimalkan pengeluaran untuk mereka, bantu anak-anak punya pengalaman bagus sebanyak-banyaknya. Umur segini nggak akan terulang lagi” Jlebb kan?..

Memang pengeluaran terbanyak untuk mengembangkan minat mereka. Tapi toh dari mengejar minat, mereka akhirnya dapat pengalaman, mereka juga mengasah ketrampilan dan melihat dunia yang lebih luas. Kalaupun kalah satu dua kali nggak masalah karena mereka selalu punya cerita setelahnya. Semoga semua ini bisa membantu meningkatkan Life values mereka. Uang, tenaga, waktu yang dikeluarkan untuk mengejar prestasi hanya berubah wujud menjadi rasa percaya diri atau justru pelajaran dalam menerima kegagalan. Dengan mengejar yang mereka minati, mereka akan belajar tentang berjuang dalam konsistensi.

Memang ada hari mereka ingin menyerah, terutama si sulung karena memang latihannya yang hampir setiap hari dan semakin berat dari hari ke hari. Kalau adek sih, ‘mutungnya’ kalau sudah jenuh latihan untuk kompetisi. Tapi saya selalu ingatkan kalau mereka sudah jauh melangkah. Jadi lebih baik mereka selesaikan apa yang sudah dimulai. There’s no point to return 🙂

Ketika melihat anak-anak kita tumbuh dan berkembang, kita seakan-akan menyaksikan lukisan yang terus berkembang di atas kanvas kehidupan mereka. Seperti seorang seniman yang menciptakan karya yang indah, sebagai orang tua, kita berusaha agar setiap goresan yang tercipta begitu berarti dan penuh makna. Meski tak ada yang sempurna, yang paling penting adalah setiap langkah yang diambil oleh mereka tidak melenceng dari jalan yang seharusnya.

Menghadapi perjalanan mereka menuju masa dewasa, sebagai orang tua kita ingin memastikan bahwa anak-anak kita memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi setiap tantangan yang akan mereka hadapi dengan percaya diri. Uang atau materi mungkin bisa dicari di kemudian hari, namun pengalaman dan ketekunan yang mereka pelajari dari hari ini akan menjadi modal berharga yang mereka bawa hingga dewasa nanti.

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)