Film komedi Indonesia luar biasa akhirnya muncul juga, luar biasa bikinnya dan luar biasa penerimaan penontonnya. Sebelumnya disclaimer dulu ya, saya bukan movie freak. Saya juga nggak penasaran ingin nonton gara-gara ngefans sama podcast Agak Laen Oficial walaupun saya nggak termasuk pasukan bermarga. Kwartet Oki Rengga, Bene Dion, Indra Jegel dan Boris Bokir memang secara karakter saling melengkapi. Oki rengga secara karakter ditampakkan sebagai orang yang dewasa tapi cuek, Boris Bokir secara karakter lebih dewasa tapi bandel, Bene Dion yang unik, lucu tapi tenang pembawaannya dan Indra Jegel.. ah suka kali saya sama dia. Ngakak mulu saya liat Jegel.. Belum lagi setting podcastnya yang juga agak lain, ruang tamu dengan furniture kayu vibes jadul dengan latar belakang jemuran gak diangkat2! Awalnya risih tapi lama-lama ya udahlah ya mereka mereka memang bukan main.. Di podcast topik ngobrolnya juga kemana-mana, bintang tamu selalu merasa seperti bagian dari mereka karena senyaman itu ngobrolnya.

Kalau di versi film, yang dibuat agak lain adalah karakter Oki Rengga, yang digambarkan lugu banget,sentimentil pula. Boris juga di film ini digambarkan agak melambai tapi sok laki sampai pura-pura masuk TNI segala. Tapi Boris punya kekuatan lain yang bikin film ini secara tampilan menarik: dia paling ‘bening’ diantara teman-temannya. Film komedi yang mengandalkan lucu aja sudah banyak tapi kalau ada tokoh yang lucu plus indah di mata rasanya tu kek mana ya kita bilang.. 🙂 btw Bene Dion dan Jegel di film ini karakternya dibuat sama seperti di Podcast mereka.

Terus terang saya penasaran pengen nonton justru karena fakta penontonnya tembus 7 juta. Bukan karena saya fans podcast mereka. Beberapa youtuber podcastnya saya suka tapi toh filmnya saya nggak pernah tertarik untuk nonton, contohnya Raditya Dika. Seingat saya, saya nggak pernah nonton filmnya Raditya Dika sampai sekarang padahal saya sering ikuti podcast yang ada dia walaupun cuma sebagai tamu di podcast yang ‘bukan untuk saya banget’, seperti podcastnya Azka Corbuzier. Tapi entah buat saya Raditya Dika tuh menarik secara karakter. Dia ni agak sensitif, gampang bete tapi tetap cerdas cara menunjukkan keBT-annya. Makanya nggak kebayang, gimana orang BT-an bikin film, jadi tokoh utama pula.. 😀

Film Agak Laen sebenarnya untuk saya nggak yang luar biasa banget secara cerita, karena ada lumayan banyak adegan dan dialog yang saya bisa tebak kelanjutannya. Nggak semua sih, yaa mungkin 30 persen lah. Entah karena memang dibuat sederhana dan gampang ditebak atau karena saya agak hafal gaya film-film Ernest Prakarsa. Ernest itu salah satu produser yang sangat saya suka. Istilahnya, kalau ada film yang produsernya Ernest pasti saya bayanginnya film itu pasti bagus. Yang unik, hampir di setiap filmnya, Ernest sering banget muncul jadi cameo. Itu yang bikin filmnya menarik, mana tampilannya susah ditebak lagi. Di Agak Laen ini Ernest tiba-tiba muncul jadi penerjemah bahasa isyarat dengan penampilan yang unik, pakai baju rapi, berkacamata dengan rambut klimis. Mana orang (bisu) yang harus diterjemahkannya lagi tidur dan luka berat di RS, mengangkat tangan aja nggak bisa. Jadi Ernest tampil cuma beberapa detik aja gara-gara nggak jadi menerjemahkan, tapi itupun udah lucuu..

Setting lokasi yang sederhana membuatnya tidak mengalihkan perhatian kita dari karakter dan cerita filmnya. Munculnya komika lain dalam film yang lain biasanya rasa ‘bintang tamu’ disini nggak lebih menarik dari 4 orang tokoh utamanya. Saya sepakat dengan pendapat Panji Pragiwaksono dalam podcast tentang review film Agak Lain: yang jadi daya tarik utama film ini adalah chemistry 4 orang itu.

Jalan cerita Agak Laen sudah banyak dibahas: 4 kawan yang mengelola rumah hantu harus berjuang supaya rumah hantunya nggak ditutup karena bangkrut. Setelah tempatnya direnovasi supaya lebih serem ternyata ada pengunjung yang tewas gara-gara kambuh sakit jantungnya setelah ditakut-takuti. Kepanikan masing-masing atas perstiwa ini membuat mereka berpikir pendek: mengubur jenazah di dalam rumah hantunya, bukannya lapor polisi. Nah setelah kejadian itu, rumah hantu mereka justru beneran berhantu. Sensasi serem yang dikira pengunjung merupakan strategi pengelola rumah hantu membuat rumah hantu itu viral di media sosial. Di sisi lain keluarga orang yang meninggal dan polisi sibuk mencari karena dikira hilang dan beberapa orang melihatnya terakhir masuk dalam rumah hantu tersebut. Kejar-kejaran dan kepanikan mereka jadi inti cerita film ini.

Hebatnya film ini, sepanjang menonton satu studio banyak yang nggak bisa berhenti ketawa. Krucil saya juga. Si adek bisa tuh ketawa2 ngakak sepanjang film. Berhenti sebentar ngakak lagi, diem sebentar ngakak lagi. Ini pertama kalinya kami nonton film bahkan popcorn kecil yang dimakan bareng nggak habis sampai film selesai. Biasanya baru main 15 menit filmya perbekalan kami udah tipis aja..

Bukan mainnya lagi, film ini membuat kita akrab dengan logat batak karena sepanjang film 4 tokohnya bicaranya pakai logat Batak mulu. Sampai tadi pagi saya anter krucil sekolah kami masih sok-sok an ngobrol pakai logat Batak hahaha..

saya yakin pasti banyak juga yang begitu, padahal ini bukan ‘film batak’ pertama yang ditawarkan lho. Terakhir film Ngeri-Ngeri sedap juga kental banget dialek Bataknya, toh setelah nonton kami biasa aja. Agak Laen ini memang bener-bener agak lain sensasinya. Kalau saya jadi pak Boby atau mas Menteri Sandiaga Uno, saya akan kasih penghargaan tuh ke mereka karena sudah berhasil membuat ‘kesan seram’ tentang Batak luntur. Selama ini Batak identik dengan galak,menakutkan, setelah melihat mereka, ternyata orang Batak bisa lucu juga kok.. cuma belum muncul aja selama ini. Sekalinya ada, belum kolektif hehe

Akhirnya, satu kata untuk film ini: Beyond Expectation. Ini bahkan diatas yang kita bayangkan tentang sebuah film komedi. Adegan slapstik yang sering jadi andalan film komedi kita sudah tidak perlu lagi ditampilkan dominan. Adegan dan dialog yang cerdas smoga juga bisa mencerdaskan penonton yang sebagian besar anak dan orang dewasa yang butuh hiburan. Sepertinya tujuan Ernest launching film ini untuk ‘mendinginkan’ masyarakat dari panasnya suhu politik bisa tercapai. Kemarin begitu keluar studio, penontonnya terlihat bahagia semua. Ah,bukan main kali klean bikin kita lupa masalah negara 🙂

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)