Pasti yang ada dalam benak kalian setelah baca judul ini adalah kasus pak Sambo, ya kaan? ayo ngaku.. 😀 Memang beberapa waktu belakangan semua media baik konvensional dan media sosial bahkan beberapa media internasional membahas kasus ini. Kasus ini menarik sejak publikasi pertama. Jeda yang cukup jauh antara kejadian dan konferensi pers menimbulkan pertanyaan sendiri mengingat selama ini kita tahu terhadap kasus baru yang menghebohkan aparat kita selalu gercep menyampaikan. Selain itu, lokasi kejadian yang merupakan rumah dinas petinggi dan cerita tentang tewasnya Brigadir J membuat masyarakat tercengang, HOW COME??…

Tapi katanya jamu yang sangat pahit sekalipun punya manfaat untuk kesehatan bagi orang yang percaya khasiatnya. Demikian juga kasus ini. Sejuta spekulasi dan pemberitaan tentang kasus ini pada akhirnya membawa sisi baik yang akhirnya terbuka tentang solidaritas bangsa kita. Perhatian terhadap kasus ini membuka mata kita bahwa masyarakat kita akan ikut terluka manakala ada saudara kita ‘terluka’. Kebohongan akan menemukan jalan buntunya sendiri, dan masyarakat kita akan dengan mudah menemukan ketidaksinkronan dari sebuah alur cerita.

Selain itu kejadian ini menjadi momen untuk kita melihat bagaimana seorang pengacara sebagai salah satu penegak hukum dalam menjalankan tanggung jawabnya dan bagaimana aparat kepolisian juga merupakan penegak hukum juga harus tetap memegang komitmen dan kepercayaan masyarakat. Diantara perang ‘batin’ itu kita akan melihat mana yang akan diprioritaskan. Apakah keputusan Kapolri untuk tegas dan transparan akan diikuti dan diterjemahkan dengan baik oleh jajaran di bawah beliau atau justru beliau ‘kehilangan’ wibawanya di depan anak buahnya.

Nah, balik ke solidaritas yang muncul ke permukaan (setelah selama ini kita disesatkan dengan istilah kadrun-cebong), khusus untuk kasus ini sepertinya masyarakat yang diwakili netizen punya satu suara: #tegakkankeadilan untuk Brigadir J, dan yang terbaru #saveBharadaE. Yang mengharukan, netizen tidak ‘sendiri’. Media konvensional juga menjalankan misi yang sama. Lihat bagaimana Aiman Wicaksono sangat detil melakukan investigasi, Rosiana SIlalahi mewawancarai narsum seakan hendak menguliti hingga Najwa Shihab yang dalam instagramnya menyindir keras pihak yang terlibat dalam kasus ini. Najwa bahkan menggunakan kalimat yang pedas seperti “(jangan anggap) seakan-akan masyarakat kita,sekumpulan orang-orang bodoh” dan seperti sudah ditebak ribuan komentar mendukung statement mbak Nana ini.

Sepertinya, yang kita saksikan sekarang adalah gambaran bagaimana rukunnya bangsa kita sebelum politik identitas digunakan. Ini wajah kita sebelum ‘dicederai’ oleh orang-orang yang terganggu dengan kedamaian bangsa ini. Dalam media sosial, banyak dukungan bagi aparat kita untuk tetap profesional dan proporsional. Potongan demi potongan video dibuat netizen yang merupakan hasil pengamatan secara mendalam membuat yang melihatnya berpikir: iya juga ya, kok bisa detil banget sih.. masya Allah, memang ya SDM kita luar biasa. Dan konon modal utama satu bangsa untuk maju adalah memiliki SDM yang berkualitas. Bismillah berarti kita siap maju lebih kencang.. 🙂

Apabila ada yang mempertanyakan mengapa masyarakat kita rela ‘mengawal’ kasus ini, jawabannya cuma satu: demi kemanusiaan. Membayangkan berada di posisi tidak berdaya seperti Brigadir J dan keluarga yang ditinggalkannya tentu sangat menyakitkan dan masyarakat kita ahli mengubah ketidak berdayaan menjadi kekuatan. Lihat saja tayangan televisi dan youtube yang isinya membantu orang yang lemah, jumlah penontonnya seringkali luar biasa. Kita tentu sepakat bahwa selama digunakan untuk membantu maka cara (baik) apapun sah sah saja dilakukan.

Pada akhirnya, apresiasi harus kita berikan kepada bapak Presiden, pak Menkopolhukam hingga bapak Kapolri yang bersedia mendengarkan suara masyarakat. Pak Presiden dengan 4 kali statement yang memberi harapan masyarakat, pak Mahfud yang berdiri di pihak masyarakat dan bapak Kapolri yang memutuskan untuk mengumumkan sendiri status tersangka para pihak yang terlibat. Secara simbolis hal itu (seharusanya dipandang) sebagai pernyataan bahwa institusi beliau akan tetap memegang komitmen sebagai salah satu pilar penegak hukum, yang sejajar dengan tiga pilar lainnya yaitu jaksa, advokat dan hakim.

Apresiasi tertinggi untuk masyarakat kita yang terus memberi perhatian pada kasus ini. Bagaimanapun, negara kita adalah negara hukum, dan keadilan merupakan hakikat dari hukum itu sendiri. Demi rasa keadilan kasus ini harus selesai dengan baik dan transparan serta demi menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri karena kita akan menghadapi Pemilu pada tahun 2024. Kerjasama yang baik antara masyarakat dan Polri sangat dibutuhkan menjaga stabilitas masyarakat kita nanti.

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)