
Cinta, sayang, suka… 3 kata yang berbeda dan menggambarkan tahapan, katanya. Suka dulu, baru sayang trus cinta. Akhir-akhir ini malah ada beberapa teori yang menyatakan bahwa rasa sayang berada diatas rasa cinta. Sayang digambarkan sebagai perasaan yang lebih stabil, lebih permanen dan cocok digunakan untuk menggambarkan rasa dalam hubungan jangka panjang seperti pernikahan.
Walaupun berbeda tapi ada kesamaan dari ketiga kata diatas yaitu mereka menghadapi ancaman: pengkhianatan.
Dalam fase suka, ketika terjadi pengkhianatan maka kerusakan yang ditimbulkannya tidak sebesar dalam fase sayang ataupun cinta. Istilahnya gimana mau rusak kalau wujudnya belum ada..
Khianat sebagai kata kerja, kata benda dan kata sifat juga memiliki akibat yang berbeda. Walaupun kata kuncinya sama: ada hati yang terlukai.
Kadang aneh rasanya bagaimana kita bisa mencintai sekaligus menyakiti orang yang kita cintai :’)
Kenapa menggunakan kita?
Karena konon setiap orang punya kesempatan yang sama. Untuk apapun, dalam hal apapun. Setiap orang punya 24 jam dalam sehari. Mau kerja, hepi-hepi, menolong sesama sampai mencuri, waktu kita tidak mungkin lebih dari 24 jam itu. Saat si A menolong orang jatuh di saat yang sama si B mencuri sandal. Percayalah ini murni tentang pilihan.
Begitupun dengan hati. Kita diberikan hati yang sama. Sama sama bisa merasakan cinta, bahagia hingga kecewa. Ada juga hati orang yang isinya jahat sekali. Dia resah kalau nggak melukai perasaan orang lain. Biasanya ada masalah dalam kejiwaannya, gak usah dibahas lah ya..
Perasaan yang timbul biasanya sebagai akibat dari stimulus, baik dari dalam atau luar. Misalnya, saya selalu bahagia saat melihat seorang ayah yang menunjukkan rasa sayangnya kepada putrinya. Apalagi kalau melihat video tentang pengorbanan seorang ayah untuk membahagiakan keluarganya. :’)
Di sisi lain saya akan kecewa bila kepercayaan saya tidak dapat dijaga, misalnya. Toleransi yang besar tidak berkorelasi dengan sakit yang dirasakan. Istilahnya, walaupun memaafkan perbuatan namun rasa sakit itu tetap akan terasa. Makanya toleransi itu berbatas. Ibarat gelas, dia tidak bisa selamanya ditambah keretakannya, pasti akan ada satu titik dimana diketuk sedikit saja yang biasanya hanya retak tapi malah pecah.
Masalahnya, banyak orang yang mengaku mencintai pada akhirnya justru mengkhianati.
Apakah dia bohong saat mengatakan dia mencintai kita? Bisa iya bisa tidak.
Apakah dia sudah tidak mencintai ketika mengkhianati? Bisa iya bisa juga tidak.
Tidak ada teori pasti untuk menjelaskan pengkhianatan. Atau setidaknya jangan menormalisasi kecurangan. Jangan terlalu menolerir ‘kejahatan’, terutama kalau jadi korbannya. Karena disaat itu kita pun sebenarnya juga punya kesempatan yang sama untuk melakukannya. Ini murni tentang pilihan.
Konon yang terluka dari sebuah pengkhianatan selain hati adalah harga diri.
Bagi beberapa orang harga diri itu harga mati.
Kalau untuk saya luka karena pengkhianatan terutama disebabkan karena harus menerima fakta ada 2 orang yang mempermainkan kita. Apalagi kalau salah satunya sudah mendapatkan pengorbanan kita selama ini.
Masalahnya kita sering kali denial, kita melepaskan pengkhianatan itu dari cinta. Kita anggap pengkhianatan terjadi semata karena khilaf. Berapa kalipun itu terjadi. Sebenarnya dia tetap cinta hanya sedang khilaf ketika berkhianat..
Come on, wake up, dia tidak mencintaimu!
Bukan khilaf kalau dilakukan dengan penuh kesadaran. Khilaf itu alpa yang berlangsung cepat. Seperti saat puasa kita minum karena lupa, momen saat kita segera sadar itulah yang membuat minum kita saat itu dikategorikan karena khilaf. Kalau tetap diteruskan minum bolak balik sampai menjelang buka mah namanya bukan alpa, tapi sengaja. Apalagi kalau diulangi lagi keesokan harinya :’)
Dia tidak mencintaimu bila mengkhianatimu berkali-kali. Dia tidak mencintaimu bila menghancurkan hatiu berkali-kali.
Dia tidak mau menahan hasrat bersenang-senangnya untuk menjaga perasaanmu.
Apalagi yang kamu harapkan?
It takes two to tango,.
Pengkhianatan tidak mungkin terjadi karena kesalahan satu orang, butuh minimal 2 orang jahat yang berkomplot untuk menghancurkan bangunan yang sudah berdiri. Bisa lebih, kalau melibatkan orang-orang yang membantu permufakatan jahat ini.
Semakin kokoh bangunan harusnya semakin susah dihancurkan. Tapi sekokoh-kokohnya bangunan pasti akan hancur bila ‘pendirinya’ yang menghancurkan. Dia yang tau bagaimana kelemahan bangunan itu, bagaimana cara ter-efektif untuk merobohkannya.
Apalagi kalau dia juga melibatkan orang lain untuk membantunya.
Kemudian, apa yang kamu tunggu? Dia menghancurkanmu perlahan, seberapapun kamu menjaga perasaannya supaya tetap bahagia. Kamu tetap bertahan pada mimpi kalian disaat dia selalu mencoba menghancurkannya, Bukankah tidak seperti ini konsep cinta?Maaf yang kamu berikan sebagai bukti kamu mencintainya, hanya akan dianggap sebagai ijin untuk mengulangi perbuatannya. Dia tidak melihat maafmu sebagai pengorbanan besarmu. Trus untuk apa tetap berada di tempat dimana perjuanganmu tidak dihargai? Untuk apa bertahan bersama orang yang selalu menjadikanmu mangsa untuk dilukai? Sampai kapan dia akan seperti ini?
Kamu relakan mimpimu untuknya, kamu relakan hidupmu untuk kebahagiaannya, apa yang kamu dapatkan kemudian?
Kamu berharga, di mata orang yang bisa menghargaimu, di lingkungan yang menghargai pengorbananmu. Ingat ya, apapun kekuranganmu, kamu berharga. Kalau dia berhasil membuatmu tidak merasa berharga, itu adalah bagian dari skenarionya. Supaya kamu lumpuh, supaya kamu merasa nggak bisa kemana-mana selain menunggunya kembali.
Ayolah, sudah waktunya buka mata, kamu terlalu lama tidurnya..
Beruntungnya, Allah berjanji akan menjaga orang yang selalu berserah. Allah akan ganti pengorbanan dengan pencapaian. Semua duka akan jadi bahagia pada saatnya. Karena itu banyak cerita seorang istri yang kemudian mendapatkan banyak bahagia setelah memutuskan menjauh dari luka, pergi dari pasangannya. Padahal secara logika, bagaimana dia bisa menata langkah diluar, selama ini hanya keluarga yang menjadi dunianya.
Jangan takut melangkah, sudah waktunya kamu memikirkan kebahagiaanmu sendiri.
Kamu harus bahagia terutama kalau kamu dititipi malaikat kecil olehNya.
Kamu bertanggung jawab mengajarkan kepada mereka tentang bahagia yang setara.
Jangan tunjukkan ke anak cara mencintai yang salah, kamu hanya akan membuat luka dalam hati mereka yang akan disimpan di alam bawah sadarnya. Itu akan mempengaruhi mereka bertindak di masa depan nanti. Bukankah ini keistimewaan seorang Ibu, bagaimanapun parah lukanya dia tetap harus melindungi anaknya.. :’)
Percayalah, dia tidak mencintaimu, in case kamu masih mengharapkannya untuk kembali padamu.
Dia akan pulang setelah puas bermain tapi hanya sampai dia menemukan teman main yang lain.
Ingat, kamu bukan rumah, kamu hanya tempat untuk dia singgahi sebelum dia pergi lagi..
Surabaya, 17-4-2024..