Semalam saya bertemu sepupu dengan keluarganya. Kami lama tidak pernah bertatap wajah. Dulu, keluarga saya selalu terhubung dengannya lewat bude pakde atau ibu bapak sepupu saya ini. Saya hanya dengar bahwa dia menikah lagi setelah mengalami masa sulit sebelumnya: ditinggal lari istrinya dengan laki-laki yang lebih muda. Dunianya nyaris hancur saat itu, karena dua anaknya dibawa semua. Akhirnya satu anak yang paling kecil berhasil dibujuk ikut ayahnya (ohya saudara saya ini yang suami ya). Apakah masalah berhenti sampai sana?

Dalam masa perjuangannya yang masih merintis karir di ibukota, anak paling kecil yang ikut dengannya harus dititipkan pada eyangnya (pakde bude saya). Karena seusia dengan krucil saya maka beberappa kali kalau pergi rame-rame anak itu selalu dibawa biar kumpul sama krucil saya dan kakak. Dulu, eyangnya cerita betapa dia harus ekstra sabar menghadapi anak ini yang cenderung diam dan suka-suka kelakuannya. Sering di sekolah waktu diminta menjawab pertanyaan dia malah tidur-tiduran di bangku. Atau malah buka baju. Sampai gurunya juga hampir putus asa wkwkwkk.

Beruntung dia karena kakeknya mantan tentara, jadi kakeknya agak keras di saat neneknya selalu menuruti kemauannya. Dia kalau ikut pergi bersama kami juga lebih banyak diam,ditanya apapun kalau maunya diam ya nggak akan dijawab. Anaknya ganteng, pipinya gembil dan secara penampilan dia keren di mata saya.

Suatu hari saya denger ayahnya menemukan jodoh dan akhirnya menikah. Beberapa tahun menikah, anak ini masih tinggal bersama nenek kakeknya. Hingga beberapa tahun kemudian saya dengar dia diajak bapak dan ibu (barunya) tinggal bersama mereka di Jakarta.

Setelah itu lama kami nggak ketemu, saya juga lama nggak lihat anak ini. Hingga semalam saya bertemu mereka. Jadi ceritanya saudara saya menikah dengan wanita yang juga sudah punya anak satu. Semalem dibawalah dua anak itu.

Masya Allah,cantik dan ganteng! Anak perempuannya masya Allah cantik.. “kakak baru diterima di FK UI hari ini tante” kata ibunya. “Si …. (anak laki-laki ini) juga saya paksa untuk berenang dan latihan bela diri terus tante. Kami panggilkan coach profesional untuk mengajar”. Saya lihat keponakan saya yang cowok itu di hadapan saya, masya Allah nggak ada sedikitpuuun ‘sisa penderitaan’ yang saya temukan. Baik dari penampilan, tatapan mata, senyuman. Mungkin memang nggak ada, atau mungkin karena saya bukan psikolog yang bisa melihat lebih dalam ya wkwkwkk.

Bapaknya cerita kalau sekarang anak ini sekolah di sekolah terbaik di tempat tinggal mereka. Disediakan supir dan mbak yang jagain untuk memenuhi kebutuhan anak ini. Jangan bayangkan kayak Rafattar dijagain mbak Lala lho ya 🙂 Maksudnya tuh dijagain kalau ada yang dibutuhkan biar langsung disediakan, jadi dia bisa fokus belajar dan berlatihnya. Belum lagi ngajinya. Seinget saya, terakhir sebelum pindah ke Jakarta di anak ini pinter ngajinya. Ternyata disini diteruskan ngajinya, dengan guru ngaji yang bagus dan intens terhadap kewajiban sholat dan baca qur’an anak ini.

Duh, seketika otak saya kembali ke masa lalu, saat bude cerita nggak tega lihat sepupu saya ini hancur waktu ditinggal istrinya. Betapa mas ini berjuang keras sehingga beberapa waktu bude harus mengusahakan kebutuhan mereka beserta cucunya sendiri. Pengorbanan bude pakde untuk cucunya ini juga luar biasa. Mereka yang mengantar dan menunggu anak ini di sekolah. Mereka juga yang mengantarkan cucunya ke tempat ngaji setiap hari. Semoga dicatat sebagai amal ibadah untuk pakde bude ya .

Alhamdullillah, ketika sepupu saya sukses, bude pakde memang disenengin, dibangunkan rumah (walaupun mereka memutuskan untuk tetap di rumah lamanya, karena sudah kenal tetangga-tetangganya) diberikan mobil beserta supir yang selalu stnd by dan lainnya.

Bude sering cerita ke ibu saya betapa dia dibahagiakan anaknya ini. seringkali diminta berangkat ke Jakarta bersama supir mendadak karena mau dirayakan ulang tahunnya disana. Bude bilang betah disana karena rumahnya besaar dan ada kolam renangnya. Bude juga cerita yang lebih bikin seneng karena cucunya sekarang berubah, lebih sehat lebih ganteng terawat. Alhamdullillah bude bahagia sebelum meninggal karena Covid delta 🙁

Kembali ke keluarga sepupu, ternyata mereka pasangan bekerja. Sepupu saya dinas di kementrian dan istrinya punya perusahaan. Saya lihat sendiri betapa mereka pasangan kompak yang asik. Mereka saling support satu sama lain. Mereka juga terlihat menyayangi dua anak mereka dari perkawinan sebelumnya dan satu anak mereka yang masih kecil. Perfectly happy family, di mata saya.

Sepupu saya cerita tentang perjalanannya hingga berada di titik ini. Dia cerita bahwa dari awal dia nggak punya modal apa-apa kecuali satu: selalu bersedia membantu. Siapapun yang membutuhkan bantuannya. Dia akan usahakan semaksimal mungkin tanpa syarat. Orang-orang yang dibantunya memang nggak pernah memberi uang, tapi merekalah yang membuka jalan sepupu saya ini untuk “terlihat dunia”.

Melihat perjalanannya saya percaya bahwa takdir baik akan berpihak pada orang baik. Betapa tidak, dari kegemarannya membantu orang lain sampai menyenangkan hati orangtuanya berhasil mengantarkannya menemukan kesempatan demi kesempatan. Semakin dia nggak peduli bayaran atas kebaikannya justru semakin banyak yang bisa dia tabung. Paradoks banget ya. Tapi itulah yang terjadi sampai saat ini.

Istrinya yang sekarang selain cantik juga pengusaha yang lincah. Bikin usahanya juga dari 0, tapi karena networkingnya bagus maka dia bisa masuk dinas manapun untuk jualan produk teknologinya. Semalam dia tunjukkan ke saya rivalnya, kebetulan dulu sudah dianggap saudara. Katanya sehari-hari ke rumah, tidur-tiduran di rumah, eh tiba-tiba dia tikung istri sepupu saya ini, beberapa proyek diambil, beberapa jejaring diserobot. Dan walaupun gemes pengen ngeruwes tapi mbak berusaha tenang karena yakin kalaupun rivalnya ini sukses tapi dia nggak akan tenang menjalankan karena jalannya dari pengkhianatan. Saya katakan saya juga percaya itu, karena bisnis juga butuh etika. Mbak bilang, semarah apapun, kita harus tetap elegan, supaya ‘musuh’ justru segan. hmmm..ya juga ya.. 🙂

Nah yang saya lihat istri sepupu saya ini yang berjasa banget ‘mengangkat’ kehidupan keluarga mereka dalam arti selain jago cari duit istrinya ini juga jago ‘ngurus’ anak, sampai anak mereka pinter-pinter seperti ini. Seketika saya merasa sebenarnya saya berada di jalur yang benar cuma kurang lincah aja, mungkin karena kebanyakan ada di zona nyaman : jadi supir anjem anak wkwkwk

Di akhir pembicaraan sepupu saya bilang: “ini gak lepas dari takdir Allah Nyn, makanya saya bisa ada di posisi ini. tapi untuk bisa sampai disini harus ada usaha. Orang berbakat seperti kamu harus berani keluar dari zona nyaman karena kesempatan itu bukan untuk ditunggu, tapi dibuat. Kita yang create opportunity. Gimana caranya? Usaha aja terus sampai saatnya opportunity datang karena kita dianggap sudah mampu. Begitu dia datang, jangan pernah bilang tidak, iyain aja dulu. Kamu gak akan pernah gagal kok. Kalaupun hasilnya belum maksimal setidaknya kamu sudah belajar. Jangan menunggu takdir atau pasrah sama takdir, takdir itu ada dibelakang usaha kita dan takdir selalu baik. Kita usaha dulu, takdir nanti yang mendorong kita atau justru memilihkan kita jalan yang lebih baik”

Pada saat pamit, saya ucapkan terima kasih atas makanan, tempat yang nyaman dan semua pelajaran. Jauh di lubuk hati saya ada perasaan yang tidak dapat saya utarakan, rasa terima kasih yang nggak hanya terbatas untuk pertemuan kita.

Semalam saya mendapatkan takdir baik saya: bertemu dan mengubah pandangan saya dari orang yang justru nggak saya sangka akan membuka wawasan hidup saya.

Jakarta, 15 juli 2022

“Jangan menunggu takdir atau pasrah sama takdir, takdir itu ada dibelakang usaha kita dan takdir selalu baik. Kita usaha dulu, takdir nanti yang mendorong kita atau justru memilihkan kita jalan yang lebih baik”

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)