
Review Buku Psikologi Hoax
Beberapa waktu lalu dalam sebuah Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) saya diberi buku ini oleh salah satu peserta. Menarik judulnya: Psikologi Hoax. Dari judulnya sudah bisa dipastikan buku ini akan diawali dengan pengenalan tentang hoax.
Yang saya suka dari buku ini karena penulis tidak memaksakan diri untuk memberikan definisi tentang hoax. Sejalan dengan apa yang saya pahami sejauh ini. Hoax tidak memiliki definisi, juga tidak ada aturan khusus yang mengaturnya.
Dalam buku ini penulis menceritakan tentang sejarah tentang hoax dari masa ke masa. Ternyata hoax sudah eksis jauh sebelum ada alat cetak! Padahal hoax yang kita saksikan saat ini justru membutuhkan media, baik media konvensional ataupun media sosial. Masalah yang kemudian timbul dari tidak jelasnya definisi dan batasan hoax adalah tentang kategorisasinya: hoax adalah berita yang sengaja dibuat dan tidak benar atau berita yang belum jelas kebenarannya? Kalau dari sisi hukum, masalah ini akan berpengaruh pada kepastian (hukum) dan penegakannya.
Satu fakta lagi yang dapat saya simpulkan dari membaca buku ini adalah bahwa dari dulu hoax banyak ‘digunakan’ untuk kepentingan politik. Kecenderungan ini tampaknya menarik kalau dibahas lebih jauh lagi: apakah memang persaingan politik membuat mereka desperately menggunakan kebohongan untuk mendapatkan simpati pemilih atau menjatuhkan lawan? Atau justru ini tentang karakter orang yang ada di dalamnya? atau justru ada alasan lainnya.
Dari sisi psikologi, kecenderungan antusiasme kita dalam menerima berita baru membuat kita yakin akan kebenarannya setelah mendapatkan rentetan berita yang sama , sejalan dengan yang kita kenal sebagai post truth. Manusia cenderung percaya informasi dan malas untuk melakukan konfirmasi. Manusia bahkan seringkali tidak peduli validitas berita yang diterima dan kebenaran yang muncul setelahnya, yang disebut penulis dengan istilah bias konfirmasi. Kecenderungan penolakan (atas kebenaran) akan berpengaruh pada perilaku manusia karena informasi (hoax) tersebut.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa saat ini literasi digital digalakkan.
Membahas tentang hoax tidak lepas dari teori supply-demand yang selama ini kita pelajari pada mata pelajaran ekonomi. Selama ada yang minat maka hoax akan terus dibuat. Resiko hoax yang akan mempengaruhi kepercayaan dan perilaku masyarakat dan mengancam persatuan bangsa kita. Memang tidak secara langsung, pelan tapi pasti sehingga kalau dibiarkan akan membahayakan.
Indonesia akan memasuki masa pemilihan presiden- wakil presiden dan wakil rakyat pada 2024 nanti. Jangan sampai kondisi ini dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggung jawab dalam memproduksi hoax karena yang akan menjadi korban adalah masyarakat kita. Ini adalah langkah penulis untuk mengedukasi masyarakat untuk menghindari hoax.
Buku ini cocok untuk mahasiswa yang akan meneliti tentang hoax dan untuk masyarakat yang ingin tahu bagaimana dan apa saja hoax yang pernah beredar di media sosial, karena pada beberapa bab akhir penulis menyertakan contoh dalam bentuk gambar dan keterangan tentang berita-berita hoax serta bagaimana fakta sebenarnya.