Waaaah kangen banget nulis disini, udah lama nggak sempet2 terus 🙁

Mulai dari jadwal ngajar yang agak padat, ikut pelatihan sampai nemenin anak2 persiapan tanding rasanya nggak punya waktu lagi untuk ngetik2.. Kalau ada waktu kosong lebih baik dipakai untuk gegoleran sambil nonton netflix, makan atau tiduur untuk menjaga kewarasan wkwkwkk.

Yang baru dari saya: gelar hehe..

Saya baru lulus pelatihan dan ujian sertifikasi mediator non hakim. Menurut Peraturan MA no 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dijelaskan bahwa mediator adalah Hakim atau pihak lain yang memiliki sertifikat Mediator sebagai pihak netral yang membantu para Pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Jadi sejak saat saya menerima sertifikat, saya adalah mediator non hakim yang memiliki tugas mendamaikan pihak yang bersengketa, namun tidak memiliki kewenangan untuk membuat keputusan.

Setiap sesi selama pelatihan benar-benar saya nikmati, saya libur dulu dari beberapa jadwal, kecuali yang memang tidak dapat saya tinggalkan seperti menjadi penguji dalam seminar rancangan aksi perubahan (salah satu kegiatan pembelajaran pada Diklat Pelatihan Kepemimpinan Pengawas untuk memenuhi standar kompetensi manajerial jabatan pengawas yang mampu menjamin akuntabilitas jabatannya dalam mengendalikan seluruh kegiatan pelaksanaan pelayanan publik sesuai dengan standar operational prosedur yang ditetapkan). Itu juga karena saya sudah menyanggupi untuk menjadi penguji beberapa minggu sebelumnya. Sisanya, saya duduk anteng mengikuti pelatihan.

Wih rasanya seperti sekolah lagi, ada dosen, ada praktisi ada modul yang dibagi..

Saya baru sadar kalau ternyata saya menikmati banget jadi murid, bertanya, menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal yang diberikan itu satisfying lho! 😀

Pantesan banyak mahasiswa saya yang dia selalu aktif di kelas.

Buat beberapa orang mungkin tidak nyaman bila dianggap sebagai murid yang harus mendengarkan masukan, diingatkan sampai diuji, terutama bila sudah berada pencapaian yang lebih tinggi dari ‘yang memberi masukan’, atau dengan teman-teman sekitarnya. Saya punya teman yang begitu. Baginya, dia hanya akan ‘mendengarkan’ orang yang lebih senior atau yang lebih darinya. Sedangkan pada beberapa forum tentu ada narasumber hingga penguji yang secara gelar di bawahnya. Akhirnya, bila harus ikut yang ada hanya terpaksa, sebisanya aja.

Saya sih aliran yang penting belajarnya, bukan siapa gurunya. Dan ini yang saya tanamkan ke krucils. Belajar bisa dimana saja kepada siapa saja.

Kalau kata aa Gym “jangan lihat siapa yang bicara tapi dengarkan apa yang dibicarakannya”.

Karena mendengar itu susah. Saya malah merasa kita butuh kelas untuk melatih anak-anak generasi masa depan supaya jago dalam ‘mendengar’. Seperti berbicara, mendengar pun ada tekniknya. Karena mendengar bukan hanya melibatkan telinga, tapi juga akal dan rasa. Bagaimana kita paham dengan apa yang disampaikan, bagaimana kita menjaga lisan ketika mendengar sesuatu yang memancing emosi kita sampai bagaimana kita meyakinkan pihak yang bicara untuk tetap menyampaikan ilmunya. Menurut saya, melihat generasi sekarang yang instant minded dan ekspresif banget sepertinya pelatihan untuk ‘mendengar’ akan banyak dibutuhkan. Paling tidak nantinya akan ada orangtua yang terbantu karena anaknya tidak akan menolak apa yang disampaikan orangtuanya hanya karena mereka merasa orangtuanya tidak lebih tahu dari mereka.

Padahal, kalau dilihat lagi, istilah “hidup itu seperti roda yang berputar” memang benar ya, kejadian dalam hidup selalu berulang dan ‘itu-itu saja’ dari masa ke masa. Sukses-gagal-senang-sedih-jatuh cinta-dikhianati dsb. Yang seperti ini selalu ada dari masa ke masa. Yang beda hanya pelaku-korban dan situasinya. Terus, apa alasan kita nggak dengerin masukan dari orang yang sudah hidup lebih lama? Mereka pasti tahu karena punya pengalaman tentang itu baik pengalaman pribadi ataupun pengalaman orang di masa dulu. Saya selalu sampaikan ke anak-anak, jangan lakukan kesalahan yang pernah dilakukan orangtuanya karena masih banyak hal lain yang butuh dieksplorasi 🙂

Semoga ke depan nanti semua orang akan sadar, mendengarkan merupakan keahlian, sebagaimana berbicara. Dan saya pun harus belajar dan berlatih lebih banyak lagi, karena tugas seorang mediator harus banyak mendengar (keinginan para pihak), setelah selama ini (sebagai guru dan emak-emak) lebih banyak didengar..

Doakan gelar baru ini berkah ya teman-teman

Apabila ada yang membutuhkan jasa mediator tersertifikasi silakan kirim pesan pribadi 🙂

xoxo

ditulis oleh

NF

orang yang sedang belajar menulis bebas dengan modal senang berbagi. Berharap semoga blog ini bisa jadi sarana cerita,berita dan berbagi ilmu baik tentang hukum, komunikasi, parenting, motherhood dan semua yang penting untuk dibagi :)