
The art of Parenting. Seni menjadi orangtua selalu menarik untuk dipelajari. Karena saya adalah ibu dua anak laki-laki. Keduanya punya sifat yang berbeda, yaa nggak terlalu banyak bedanya tapi berpengaruh banget bagi cara komunikasi saya dengan mereka.
Si kakak hobinya olahraga, dia suka belajar hal baru dan menurut saya dia sangat ekspresif. Dia juga senang sekali ngobrol, dengan siapapun, bahkan dari menit pertama dia ketemu orang baru.
Si adek, dari tampilannya, banyak yang bilang kalau dia ni kalem, pendiam dan semacamnya. Dia memang tidak terlalu suka bersosialisasi, nggak mudah ngobrol di awal ketemu orang. Banyak diamnya. Kalau istilah saya dia ini lama panas mesinnya hehe. Beda sama kakaknya.
Si kakak orang yang suka cerita, dia akan cerita apapun yang membuatnya hepi. Misal, dia kan hobi basket ya, nah di mobil dia bisa cerita tentang teknik baru dan teman-temannya yang jago teknik ini itu siapa, yang ngajak ngobrol dia hari itu siapa daan banyak lainnya. FYI, si kakak ini tipe yang selalu positive thinking ke teman-temannya. Yang diceritakan ke saya selalu yang baik-baik aja, kecuali memang kalau ada temannya yang bermasalah di sekolah. Itupun hanya cerita, bukan menambah-nambahi atau memprovokasi supaya emaknya juga ikut marah.
adek kurang lebih sama, bedanya dia seringnya mau cerita saat ditanya. Kalaupun mau cerita duluan maka kemungkinannnya dua: ceritanya tentang dia diapain temannya, atau tentang kejadian di sekolah. Jadi point of viewnya tentang kejadian, bukan tentang teman.
Hal lainnya, si kakak sangat hepi kalau dapat pujian. Dia akan ingat setiap pujian, apalagi kalau pujian itu dari orang yang sangat dia ‘idolakan’, misalnya dari teman di tim basketnya yang jago banget atau malah dari coach mereka. Dia sangat menganggap serius sebuah pujian. Pujian akan membuatnya semakin termotivasi dan semakin semangat. Entah karena pemuji, pujian atau karena berhubungan dengan minatnya, yang jelas setelah dipuji dia relatif semakin bagus mainnya.
Tidak demikian dengan adek. Adek cenderung biasa saja dengan pujian. Dia pasti hepi tapi ya cuma itu aja. Sisanya dia akan tetap berjuang karena memang itu merupakan tanggung jawabnya. Mungkin buat adek, hanya dia yang bisa mendorong dirinya, bukan orang lain. hehe
Sebagai Ibu, PR banget buat saya untuk menghadapi mereka. Kenapa?
- Si kakak akan membandingkan saya dengan orang lain yang sudah memberinya pujian. Dia akan merasa tidak cukup mendapatkan pujian di rumah, padahal tanpa disadarinya pujian-pujian yang dia adapt diluar berasal dari orang-orang yang beda. Kalau di rumah? saya lagi saya lagi wkwkwkk
- Si adek karena nggak begitu butuh pujian maka harus saya cari cara lain supaya bisa memotivasinya. Yang saya pelajari sejauh ini, adek akan lebih pede kalau tahu bahwa orangtuanya ada di sekitarnya. Dulu dia pernah ikut lomba piano, di saat dia maju yang dia pastikan dulu saya ada di bangku paling depan.
Nah emaknya yang fakir ilmu ini sekarang justru sedang bereksperimen untuk memberi perlakuan yang terbalik kepada mereka: Saya sangat selektif untuk memberi pujian ke kakak tapi kalau untuk adek saya akan puji sekecil apapun progressnya. Dalam ‘perhitungan’ saya, kakak sudah mendapatkan pujian yang cukup selama di luar rumah, saya harus membawanya ‘kembali ke bumi’ dengan cara memperlakukan kakak dengan biasa aja. Dia tetap harus mengerjakan tugas rumah dan dia juga harus terima manakala harus mengorbankan kesenangannya demi kebutuhan adeknya. Misalnya, hanya karena dia dianggap jago basket bukan berarti saya akan korbankan kegiatan adeknya supaya kakak nggak telat basket. Demikian juga sebaliknya, adek juga harus mau berkorban bila memang kebutuhan kakak yang lebih mendesak. Misal adek ingin main ke rumah temannya, tapi kakaknya harus tanding seharian sehingga tidak bisa ditinggal (emak-emak abas pasti tau maksudnya), maka adek saya minta ikut.
Saya selalu ingatkan mereka bahwa sebagus apapun mereka, mereka tetap anak dari orangtuanya, adek dari kakaknya, kakak dari adeknya. tidak ada satupun yang harus diistimewakan diatas lainnya.
Saya juga sampaikan ke mereka bahwa orang tua akan lakukan apapun supaya mereka bisa melakukan kegiatannya dengan aman, mereka hanya harus perform bagus, sisanya ibunya yang akan urus. Menurut saya, kehadiran saya (menunggu mereka) di setiap kegiatan penting akan menumbuhkan rasa percaya diri mereka, karena saat mereka tampil dan butuh sesuatu sewaktu waktu saya bisa bantu.
Beberapa orang menganggap yang saya lakukan ini tidak akan membuat mereka mandiri. Kakak juga sering bilang “ma, aku naik gojek aja ya seperti teman-temanku” tapi selalu saya larang. Saya katakan selama saya sanggup maka saya yang akan mengantar dan menemani mereka di sela kegiatan saya. Alhamdullillah kantor saya juga support ketika saya harus ijin mengantar dan menjemput anak-anak. Istilahnya, saya bersyukur sejauh ini Allah mudahkan saya untuk fokus pada anak-anak, karena itu tidak akan saya sia-siakan.
Mandiri bukan hanya tentang berangkat-pulang sendiri. Dengan saya antar jemputpun kakak sudah bisa membereskan rumah mulai kamar hingga dapur sendiri, adek juga sudah bisa cuci piring dan buang sampah setiap hari. Bahkan kakak juga bisa menyiapkan makan dia dan adeknya sendiri saat saya sedang sibuk dengan tugas kampus. Mereka sudah bertanggung jawab atas rumah versi mereka sudah cukup (sejauh ini) buat saya. Sisanya akan dipelajari pelan-pelan lagi nanti.
Buat saya tahap awal dari mandiri adalah percaya diri karena mandiri itu bukan hanya tentang melakukan apapun sendiri tapi bagaimana dia menghadapi tantangan dengan percaya diri. Saya hanya hendak menanamkan kepada mereka untuk tidak takut mencoba hal baru, untuk tidak setengah-setengah belajar hal baru karena kalaupun belum sempurna maka yang mereka lakukan hanya terus mencoba sisanya urusan orangtuanya.
Saya tidak bisa pastikan bahwa cara saya yang terbaik karena semua ilmu parenting pasti baik. Saya juga tidak bisa menyalahkan orang yang menganggap cara saya ini salah. https://nyndafatmawati.com/kata-orang-saya-ibu-kolot-1/
Harapan saya, anak-anak akan ingat setiap quality time kami, saya berharap mereka selalu percaya pada kemampuan sendiri dan semoga mereka selalu merasa doa dan pesan orangtuanya senantiasa membersamai walaupun masing-masing sudah hidup mandiri nanti..
:’)